Jokowi Dan Kegelisahan Prabowo
Adanya
ungkapan tahun 2013, merupakan tahun politik, nampaknya tak dapat
ditampik keberadannya. Berbaga cara ditampilkan kandidat peserta pemilu
2014, baik yang berasal dari partai politik maupun non partai untuk
memeriahkan pesta demokrasi. Kemeriahan ini bukan hanya sebatas
dimeriahkan kehadiran spanduk maupun baliho yang berjejer di sudut-sudut
kota. Perang survey pun kini dijadikan senjata andalan untuk
meningkatkan popularitas.
Seperti
saya ketahui, akhir-akhir ini nama Jokowi disebut-sebut sebagai capres
2014 yang kian di minati. Berbagi survei untuk Pemilu Presiden 2014
terus saja menempatkan Joko Widodo sebagai penerus kepemimpinan di
negeri ini pasca berakhirnya jabatan SBY di 2014 nanti. Salah satunya
Indonesia Research Centre (IRC) menemukan, Pemilihan
Presiden 32 persen responden memilih Gubernur DKI saat ini. Berdasarkan
konsitituen masing-masing partai politik, mayoritas konstituen PDIP
lebih memilih Mantan wali kota Solo (54,9%) daripada Ketua Umum PDIP
(14,3%).
Hasil
ini sekaligus menunjukan pengusaha mebel ini mampu menyerap konstituen
yang lebih luas. Terbukti Jokowi mendapatkan dukungan dengan prosentase
yang relatif signifikan, yakni antara 17% hingga 37%, dari konstituen
partai politik lain di luar PDIP. Fakta ini sekaligus menempatkan figur
Jokowi sebagia sosok yang mampu memikat perhatian masyarakat. Namun,
kepopuleran ini ternyata tak sepenuhnya diterima berbagai kalangan, pria
kurus yang dikenal sebagai sosok blusukan ini dianggap penghalang yang
harus di singkirkan dari pandangan masyarakat.
Untuk
mengimbangi popularitas yang di miliki Jokowi, kandidat lainnya tak
tinggal diam. Lembaga Survei Nasional (LSN) menggelar survei
elektabilitas calon presiden yang menghasilkan Prabowo Subianto di
urutan pertama dengan hasil 22,7%. Anehnya lembaga ini dalam
penelitiannya tidak memasukan nama Jokowi. Peneliti LSN Dipa Pradipta
dalam Pemaparannya mengatakan Jokowi tidak masuk dalam survei capres
struktural ini karena beliau tidak berada dalam stuktur elit PDI
Perjuangan hingga saat ini.
Meski
Ketua Umum Gerinda ini berulang kali mengatakan dirinya siap bersaing
dengan capres manapun termasuk Joko Widodo jika Gubernur DKI Jakarta itu
maju sebagai capres. Penilaian saya secara pribadi menunjukan Prabowo
mulai serang Jokowi. Setelah nama Jokowi makin moncer pasca terpilih DKI
1, popularitasnya dalam kontestasi capres sudah melebihi Prabowo. Maka
banyak pihak kini mendorong Jokowi untuk maju di 2014. Melihat hal ini
Prabowo terlihat marah dan tidak senang. Ia mangklaim yang berjasa
membawa Jokowi dari Solo ke Jakarta. Bahkan
tak sungkan-sungkan ia berusaha menjelaskan kepada publik bahwa yang
pertama kali menemukan sosok seperti Jokowi adalah dirinya. Karena, Prabowo
lah yang memperkenalkan Jokowi kepada Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP)
Megawati Soekarnoputri. Ini sebuah tekanan politik yang menandakan ia
mulai panik.
Saya sebagai rakyat merasa diperhatikan dan diperdulikan oleh Pak Jokowi. Maka Pak Jokowi pun kami cintai sebagai pemimpin kami dan kami siap mengikuti Pak Jokowi dalam suatu Gelombang Jokowi (JOKOWI WAVE) membangun Indonesia dengan sungguh-sungguh, jujur, berdedikasi, bekerja keras untuk INDONESIA HEBAT.
BalasHapusPenyerang Pak Jokowi yang kasar dan tidak santun kita ingatkan agar menahan diri dan tidak mengumbar nafsu sayhwat amarah. Karena Nafsu Amarah itu bila diikuti bisa mendorong si Penyerang menjadi semakin PEMBERANG, gelap mata, dan memakai begundal preman-preman menggunakan kekerasan fisik. Semakin gelap mata si PEMBERANG, semakin tahu lah rakyat Indonesia bahwa dia tidak punya kualitas pemimpin rakyat yang mumpuni.
Perlu diketahui kalaupun tidak ada Pak Jokowi, kami rakyat Indonesia tidak sudi memilih si PEMBERANG menjadi Presiden RI, karena kami sudah tahu siapa dia dan kualitas buruknya.